Pembebasan bersyarat dikaitkan dengan konsistensi aktivitas pembinaan. Transparansi parameter dinilai krusial untuk keadilan. Analogi sistem reward di komunitas digital kerap muncul.
Di Indonesia, sistem pemasyarakatan yang mengadopsi prinsip reward layaknya game online telah memberikan nuansa baru dalam pengelolaan narapidana. Lembaga pemasyarakatan (Lapas) kini tidak hanya menjadi tempat yang gelap dan suram, namun juga sebagai arena perbaikan diri dimana narapidana dapat memperoleh berbagai insentif berdasarkan perilaku dan partisipasi mereka dalam berbagai aktivitas. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi para narapidana untuk berperilaku baik dan aktif mengikuti program rehabilitasi yang disediakan.
Sistem reward yang diterapkan di Lapas berfungsi mirip dengan sistem yang ada pada game online. Narapidana diberikan 'poin' atau 'skor' untuk setiap aktivitas positif yang mereka lakukan, seperti mengikuti kegiatan keagamaan, pendidikan, atau pelatihan kerja. Poin-poin tersebut kemudian dapat ditukarkan dengan berbagai bentuk reward, seperti pengurangan masa tahanan (remisi), akses ke fasilitas lebih baik, atau bahkan izin kunjungan keluarga yang lebih luas. Mekanisme ini diatur dengan ketat untuk memastikan bahwa hanya narapidana yang benar-benar menunjukkan perubahan positif yang dapat menikmati manfaat tersebut.
Adanya sistem reward telah membawa dampak positif, bukan hanya untuk narapidana tetapi juga untuk sistem pemasyarakatan secara keseluruhan. Narapidana menjadi lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam berbagai program yang ditawarkan. Hal ini membantu dalam proses rehabilitasi mereka, dengan harapan setelah bebas, mereka dapat reintegrasi dengan masyarakat dengan lebih baik. Di sisi lain, sistem ini juga membantu administrator Lapas dalam mengelola perilaku narapidana, dimana narapidana yang berperilaku baik menjadi contoh untuk yang lain, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk pembinaan.
Mengimplementasikan sistem reward dalam skala Lapas bukanlah tanpa tantangan. Pemilihan kriteria dan penilaian terhadap aktivitas narapidana harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan objektif untuk menghindari praktek nepotisme dan korupsi. Selain itu, perlu ada sistem monitoring yang kuat untuk memastikan bahwa semua poin dan reward diberikan secara adil. Tantangan lainnya adalah memastikan bahwa seluruh narapidana memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan poin, terutama mereka yang mungkin memiliki keterbatasan fisik atau mental.
Pengadopsian sistem reward di Lapas, yang mirip dengan mekanisme game online, telah membawa angin segar dalam dunia pemasyarakatan di Indonesia. Sistem ini tidak hanya membantu dalam rehabilitasi narapidana tetapi juga membantu dalam pengelolaan dan pemeliharaan keamanan dalam Lapas. Tentu saja, keberhasilan sistem ini sangat tergantung pada implementasi yang adil dan transparan, serta komitmen kuat dari semua pihak untuk melihat bahwa keadilan dan pembinaan dapat berjalan seiring. Dengan pendekatan yang tepat, sistem ini berpotensi menjadi model yang bisa diadopsi di berbagai daerah atau bahkan di tingkat internasional.